Peristiwa tentang cinta selalu melahirkan
kisah. Kisah yang membuat anda berpikir berulang tentang hidup anda,
bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga hari esok sebagaimana yang
anda pikirkan hari ini. Berpendar-pendar dalam ruang kepala anda tentang
segenap cerita, seluruh peristiwa dan semua kisah, sampai pada suatu
sempat, sebuah saat anda menemukan serupa apa anda di hadapan cinta.
Anda mungkin termasuk dalam sebagian
orang yang tidak menyoal cinta secara serius. Di lingkup hidup anda,
cinta bisa datang dan pergi. Sekejap cinta menyinggahi, kemudian terbang
entah ke mana rimba. Peduli amat, demikian katamu. Cinta yang dialami
serupa itu bukan karena cinta telah membuat anda dibenci dan membenci.
Pun bukan lantaran pengalaman kehidupan anda telah disesaki oleh cinta.
Tetapi lantaran anda belum secara sungguh memahami apa artinya cinta.
Atau anda adalah bagian dari mereka yang
disanjung karena cinta. Peristiwa tentang cinta nyata dan dasyat. Cinta
yang demikian tidak hanya meletakkan anda pada lingkup yang berbahagia,
tetapi juga membuat-jadi anda serupa primadona dan idola. Peduli pada
cinta, demikian katamu. Cinta yang dialami serupa itu bukan karena cinta
telah membuat anda menjadi tuan atas cinta. Pun bukan lantaran
beruntung karena kedasyatannya menyentuh ruang rasa anda. Tetapi
lantaran anda belum secara sungguh memahami apa artinya cinta.
Dan atau anda adalah termasuk dalam
beberapa orang yang terhempas dengan keras. Lantaran cinta anda dihujam
berulang oleh kisah-kisah kusam. Lantaran cinta anda dihajar senantiasa
oleh cerita-cerita gelap. Anda jatuh dan kemudian terjerembab dan lepuh.
Lusuh dalam kenangan, lunglai dalam berharap, dan mati dalam mimpi.
Cinta tidak mempedulikanku, demikian katamu. Cinta yang dialami serupa
itu bukan karena cinta telah membuat anda mati harap, patah asa. Pun
bukan lantaran anda tidak sedang beruntung karena didepak berulang oleh
kisah kelam. Tetapi lantaran anda belum secara sungguh memahami apa
artinya cinta.
“Cinta itu hanya dapat dimaknai dengan jiwa, dimengerti dengan rasa, dipandang dengan matahati, dilakukan dengan tulus, selanjutnya diraut-tajam secara berulang dengan refleksi”
Cinta melampaui segala rasa yang pernah
dan sudah sedang dialami oleh siapa pun, termasuk anda dan saya.
Bergulat gelut dengan cinta adalah bergulat gelut dengan misteri. Cinta
itu jauh dipandang, walau sesungguhnya ia melayang-layang dalam setiap
bola mata pencinta. Cinta itu sedekat air mata, sedekat senyum, walau
sesungguhnya dalam bayang ia bergentayang. Cinta itu dekat sekaligus
jauh, luka sekaligus sembuh, senyum sekaligus luka.
Melampaui segala rasa, semua pengalaman,
segala kisah, seluruh peristiwa tentang apa pun, cinta adalah cinta.
Cinta hanya untuk cinta, sekalipun dicintai atau tidak, mencintai atau
tidak oleh siapa pun. Cinta itu cukup diri. Dalam cinta ditemukan
pendaran segala warna, meletakannya hanya pada ‘ke-tak-apa-apa-an’
adalah kesialan, hanya pada kebahagiaan adalah ketimpangan, dan hanya
pada kedukaan adalah kejanggalan.
Cinta itu hanya dapat dimaknai dengan
jiwa, dimengerti dengan rasa, dipandang dengan matahati, dilakukan
dengan tulus, selanjutnya diraut-tajam secara berulang dengan refleksi.
Semakin jelas dan terpilah pisah untuk masuk-suluk dalam diri,
mengerti-pahami-nya secara berulang maka semakin jelas benderang kita
memaknai cinta.
Mengalami cinta serupa itu, kita (saya
dan anda) akan temukan luka pun ada suka, sehingga ‘peduli amat’ tentang
cinta pun terpental tandas. Sebagaimana kita memaknai diri, serupa itu
kita mengerti apa artinya cinta. Cinta membuat kita melayang jauh ke
langit bahagia untuk memberi kita catatan kisah bahwa duka begitu dekat.
Demikian juga cinta melemparkan kita ke jurang terjal nan kelam untuk
memberi kita catatan kisah bahwa kebangkitan begitu dekat. Ya…serupa
itulah cinta, serupa anda dan juga saya menjadi diri sendiri.